Sabtu, 09 Januari 2010

Ketidak seimbanganan Pemberian Alat Kontrasepsi yang menitik beratkan pada Perempuan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak ditemukan alat kontrasepsi yang ditujukan pada perempuan. Penelitian mengenai alat kontrasepsi pada perempuan sudah dimulai sejak tahun 1960an dengan ditemukannya Pil KB yang bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk diwilayah tertentu dan sudah mengalami banyak perubahan seperti engan ditemukannya metode Kb berupa suntik hormonal, susuk dan IUD. Sedangkan penelitian untuk alat kontrasepsi pada laki-laki dari dulu tidak mengalami banyak perubahan sampai sekarang.
Penentuan jumlah anak dalam keluarga, merupakan hak dari suatu keluarga. Tetapi untuk menjaga kesejahteraan keluarga di suatu negara maka pemerintah nasional, badan-badan internasional, serta agama membuat kebijakan untuk mengendalikan hak keluarga dalam menentukan jumlah anak.
Upaya-upaya pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk yaitu dengan menurunkan tingkat fertilitas yang dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti ; kondisi kesehatan yang lebih baik, penghapusan buta aksara, peningkatan kesempatan kerja bagi perempuan dan pemberdayaan perempuan. Namun cara sepeti ini tidak menimbulkan efek yang cepat dirasakan berbeda dengan penggunaan alat kontrasepsi yang memberikan efek cepat dan hasil yang baik. Tetapi dalam penggunaan KB sendiri hanya menekankan pada perempuan, pemakaian alat KB yang secara terus-menerus akan menyebabkan efek samping yang merugikan pihak perempuan itu sendiri. Sedangkan pada laki-laki kurang ditekankan dalam penggunaan alat kontrasepsi, dan alat kontrasepsi yang ada pada laki-laki cenderung tidak banyak efek samping.
Berdasarkan keadaan diatas penulis memutuskan untuk mengambil judul Ketidak seimbanganan Pemberian Alat Kontrasepsi yang menitik beratkan pada Perempuan.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan dan akibatnya bagi kesehatan penggunanya, apa yang menyebabkan alat kontrasepsi banyak berkembang pada perempuan tidak pada laki-laki.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Kedudukan perempuan didalam keluarga itu berada dibawah kedudukan laki-laki. Dimana setinggi apapun tingkat pendidikan perempuan pasti akan kembali ke dapur, perempuan itu tidak bias menjadi pemimpin selama masih ada laki-laki. Padahal perempuan memiliki peran ganda, yaitu sebagai pensukses pembangunan bangsa karena kemajuan bangsa ada pada ibu yang mendidik calon pemimpin bangsa yang bermutu dan sosok yang menjaga keutuhan keluarga. 
Pada tahun 2009 data statistik menunjukan penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki hanya berkisar 4.5 persen. Sedangkan pada perempuan sekitar 95.5 persen. Hal ini menunjukan penekanan pemeintah dalam pemberian alat kontrasepsi pada perempuan. Beberapa jenis alat kontrasepsi pada peremuan seperti Pil, Suntik, IUD, Implant, dan Tubektomi. Ini merupakan alat kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia.
Kebijakan pemerintah dalam hal reproduksi lebih ditekankan pada perempuan, dan kurang memperhatikan hak-hak perempuan dalam penentuan jumlah keturunan.

B. Pembahasan
Dalam pemberian KB dimasyarakat Indonesia muncul berbagai permasalahan khususnya menyangkut hak reproduksi perempuan seperti:
1. Pengabaian hubungan gender
KB berasumsi bahwa hasrat seks laki-laki selalu aktif dan harus selalu dipenuhi perempuan, sedang perempuan sendiri dilihat sebagai penghasil anak yang menghadapi kemungkinan mengandung.
2. Pembatasan hak perempuan untuk memilih alat kontrasepsi
Tidak lengkapnya informasi yang tersedia mengakibatkan pilihan hanya terbatas pada beberapa metoda seperti IUD dan metoda hormonal. Cara seperti ini merupakan intervensi panjang terhadap alat reproduksi perempuan (selama beberapa tahun atau bulan) sedangkan perempuan berpeluang untuk hamil hanya selama beberapa jam dalam setiap siklus haid. Beberapa resiko kesehatan seperti tekanan darah tinggi, ketidakteraturan haid, pendarahan, sakit kepala, tidak banyak dibicarakan di Indonesia dan negara berkembang lain, berbeda dengan keadaan di negara Barat. Cara kontrasepsi berjangka-pendek (misalnya pantang sanggama, kondom) tidak dimasukkan dalam penyuluhan dan peralatan KB. 
Perempuan merupakan obyek utama program KB dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang tersebut, hal ini terlihat dari penggunaan kontrasepsi di Indonesia tahun 1994/1995 sebagai berikut :
Alat Kontrasepsi Presentasi
Pil 31,4%
Suntik 30,9%
IUD 22,2%
Implant 8,0%
Tubektomi 4,5 %
Kondom 1,6%
Vasektomi 1,4 %
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa hanya 3% dari alat kontrasepsi yang ditujukan kepada laki-laki, sementara 97% ditujukan kepada perempuan.
3. Makin mahalnya harga alat kontrasepsi
Sejak munculnya krisis ekonomi tahun 1997, maka harga alat kontrasepsi meningkat pesat. Hal ini mengakibatkan banyaknya ibu hamil yang melakukan cara-cara yang beresiko tinggi untuk menggagalkan kehamilannya seperti : aborsi, minum jamu, pijat, dan sebagainya.
4. Pendekatan target dan akibatnya
Pendekatan target mengakibatkan pemeriksaan medis yang sembrono, informasi yang tidak memadai tentang efek sampingan cara kontrasepsi, pelayanan kontrasepsi yang tidak memandang kebutuhan khusus perempuan, penolakan untuk mencabut IUD, paksaan menjalankan aborsi.

Banyak sekali efek samping yang dapat ditimbulkan penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan seperti: berat badan bertambah, rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti vlek hitam, Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal, kaki dan tangan mudah kram, Serta kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI. Hal ini banyak terjadi pada penguna pil KB yang terus-menerus. Sedangkan pemberian kontrasepsi suntik atau mekanik pada laki-laki cenderung tidak memberikan efek samping.

Pemberian KB lebih banyak pada perempuan karena pengabaian hubungan gender yang mengakibatkan perempuan menjadi target utama dari kebijakan dalam bidang kesehatan dan kependudukan yang selama ini dilakukan pemerintah. Selama ini perempuan ditempatkan hanya sebagai instrumen perantara dalam mencapai target kependudukan atau kesehatan yang dicanangkan pemerintah tanpa memandang hak-hak perempuan atas tubuhnya sendiri. Kebijakan kesehatan yang menghormati hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi mengatasi masalah kependudukan, dengan resiko yang jauh lebih kecil dibanding kebijakan kependudukan menggunakan kontrasepsi modern.
Sebaiknya pemerintah dalam pembuatan kebijakan mengenai perempuan labih memperhatikan beberapa hal berupa Kebutuhan praktis gender, Pendekatan kesetaraan, dan Pendekatan Pemberdayaan. Karena perempuan memiliki peran ganda dalam pembangunan di Indonesia yang telah berjalan puluhan tahun terutama yang berpendidikan, tidak pernah merasakan adanya suatu tekanan atau paksaan agar mereka bekerja sekaligus berperan sebagai ibu rumah tangga. Akan tetapi bagi wanita yang belum berpendidikan apakah sedikit demi sedikit wanita telah meninggalkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga? Sebenarnya, peran-peran yang dimiliki wanita merupakan dampak dari kemajuan atau perubahan kultur.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
 Kebijakan pemerintah mengenai KB lebih cenderung ditekankan pada perempuan, karena dalam pembuatan kebijakan kurang mempertimbangkan kesetaraan dan kebutuhan gender. Pemberian alat kontrasepsi pada perempuan yang berlangsung terus-menerus cenderung memberikan efek negatif pada penggunanya seperti berat badan meningkat, pusing, mual,pendarahan yang tidak teratur saat menstruasi, dan dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan hati. 


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Gender diakses pada www.duniaessai.com tanggal 15 desember 2009
Endah susilantini, 2007. Peran Ganda Wanita diakses pada aligufron.multiply.com tanggal 16 Desember 2009 
Siswono, 2005. Pemakaian Alat Kontrasepsi Masih Belum Membudaya pada Pria diakses pada www.sinarharapan.com pada tanggal 15 desenber 2009
Soekanto, soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Grafindo persada: Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar